A.
LATAR
BELAKANG
Perpustakaan sebagai salah satu
pembelajaran dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa, sekaligus
menjadi tempat yang menyenangkan dan mengasikkan. Perpustakaan dalam hal ini
perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu institusi yang melekat pada jalur
pendidikan formal yang berfungsi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di
universitas, akademik, maupun sekolah tinggi lainnya. Perpustakaan merupakan
jantung dari sebuah universitas yang bereputasi tinggi biasanya memiliki
investasi sumber daya pengetahuan yang tinggi.[1]
Dalam mencari evaluasi koleksi di
perpustakaan dengan melakukan evaluasi koleksi yang dapat dijadikan sebagai
salah satu alat yang penting untuk mengetahui atau mengukur seberapa besar
kebutuhan pemustaka dapat dipenuhi oleh perpustakaan. Begitu juga dengan
ketersediaan koleksi subjek bidang Bimbingan konseling dapat diketahui dengan
melakukan evaluasi koleksi. Hal ini karena perpustakaan STAIN Curup sebagai
perpustakaan yang melayani sivitas akademika dari berbagai jurusan dan program
studi. Sehingga dengan salah satu metode yang bisa digunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap koleksi adalah metode conspectus, yang merupakan salah satu
dari metode untuk mengukur koleksi. sehingga maksud dari tujuan penelitian
yaitu mendeskripsikan koleksi buku bidang bimbingan konseling yang sesuai
dengan proses pengadaan koleksi dan memetakan kekuatan dan kelemahan koleksi
buku bidang bimbingan konseling yang dimiliki perpustakaan STAI Curup. Hal ini
data yang dikumpulkan diukur dengan melakukan analisis dan mencocokkan dengan
daftar standar indikator conspectus. Sehingga dalam makalah ini akan dipaparkan
hasil penelitian evaluasi koleksi dengan metode conspectus.
B.
LANDASAN TEORI
1.
Latar
Belakang Metode Conspectus
Metode
conspectus muncul sebagai upaya manajemen perpustakaan dalam menyiasati
peningkatan kebutuhan informasi yang penat ditengah terbatasnya anggaran
perpustakaan. Informasi mengenai latar belakang historis metode conspectus
diperlukan agar fungsi dan tujuan dapat lebih dipahami secara utuh sehingga
penerapannya di perpusatkaan dapat disesuaikan denan kebutuhan perpustakaan itu
sendiri.[2]
Pada
tahun 1950-1980-an, terjadi peningkatan pengembangan koleksi riset perpustakaan-perpustakaan di Amerika serikat. Ekspansi
sektor pendidikan, beasiswa, dan publikasi pasca Perang Dunia II menciptakan
optimisme yang besar terhadap karya-karya intelektual yang diakomodasi lewat
beragam perpustakaan riset yang bermunculan. Akibatnya
perpustakaan-perpustakaan riset harus menangani jumlah koleksi yang sangat
besar. Pada periode ini kemudian terjadi pergeseran focus kerja perpustakaan
dari pengembangan koleksi menjadi manajemen koleksi, dimana dalam menejemen
koleksi tersebut menimbulkan beragam metode evaluasi koleksi dengan berbagai
pendekatan. Kondisi-kondisi pada akhir abad ke-20 seperti peningkatan jumlah
terbitan, menurut jumlah anggaran perpusatkaan, kurangnya ruang penyimpanan,
masalah preservasi serta format dokumen turut berperan dalam kemunculan metode
evaluasi koleksi berdasarkan conspectus.[3]
Research
libraries Group (RLG) merintis konsep dan insfrakstruktur
evaluasi koleksi berdasarkan metode conspectus pada awal tahun 1980-an. The
research libraries group (RLG) itu sendiri didirikan pada tahun 1974 yang
merupakan konsorsium dari Perpustakaan UMUM Harvard, Columbia, dan New York,
yang mengembangkan conspectus sebagai alat untuk menilai koleksi perpusatkaan.
RLG Conspectus disusun berdasarkan divisi, aktegori subjek, dan kelompok
subjek. Pada tahun 1983, Assosiation of Research Libraries (ARL)
mengadopsi conspectus dalam proyek inventarisasi koleksi
perpustakaan-perpustakaan di Amerika Utara (North American Collection
Inventory Project) di mana 100 perpustakaan anggota ARL menggunakan
conspectus untuk menganalisis koleksi perpustakaan (Thomas, 2003, p.41).[4]
Pada tahun 1990, Pasific Northwest Conseptus yang
ditangani oleh Oregon State Library Foundation diambil alih oleh Western
Library Network (WLN) yang kemudian dikenal sebagai WLN Conspectus, yang
selanjutnya mengembangkan perangkat lunak (software) berbasis conspectus
untuk membuat pangkalan data (database) penilaian koleksi untuk
perpustakaan-perpustakaan. WLN dan online Catalogue Library (OCLC) terus
melanjutkan penggunaan conspectus versi sampai tahun 2000.[5]
2.
Conspectus sebagai Sebuah Pendekatan Evaluasi Koleksi
Dalam Western Library Network (WLN) Collection
Assesment Manual 4th Edition, dijelaskan bahwa conspectus adalah seperangkat
kode standar, alat, survai yang digunakan untuk memberi penilaian koleksi
secara sistematis (WLN Collection Assesment Manual 4th Edition, 2001, P.13).[6]
Metode conspectus dpat memberikan penilaian bedasarkan subjek terhadap kekuatan
koleksi perpustakaan. pada masing-masing subjek, perpustakaan menandai dengan
kode alfanumerik yag mengindikasikan tingkat dan bahasa koleksi yang ada
WLN Colection Assesment Manual
4th juga menjelaskan lebih spesifik tentang karakteristik dan elemen dari
conspectus:[7]
1.
Struktur
Stuktur conspectus disusun
secara hirarki ini dimulai dari pembagian divisi yang luas samai pembagian subjek
yang sangat spesifik. perpustakaan dapat menggnakan salah satu atau seluruh
dari hirarki ini. struktur conspectus adalah sebagai berikut:
a.
Divisi
adalah hirarki yang pang pertama dari conspectus. Dalam WLN Conspectus terdapat 24 divisi yang tidak diatur
berdasarkan skema klasifikasi.
b.
Kategori
adalah pembagian lebih lanjut dari devisi. Terdapat 500 penjelasan
kategori yang diidentifikasi
berdasarkan skema klasifikasi LC maupun Dewey.
c.
Subjek
adalah hirarki yang ketiga karenanya lebih bersifat spesifik dan terdiri atas 4000 subjek.
2.
Kode
Standar
Conspectus menggunakan nilai tingkatan numerik, penilaian
numerik menggunakan indikator skala 0-5 di mana masing-masing level adalah kode
standar yang menjelaskan jenis aktivitas yang dapat didukung oleh aras koleksi
(Collection Level).[8]
a.
Aquisition Commitment (AC) menjelaskan tingkat pertumbuhan koleksi
b.
Collection Goal (CG) mengidentifikasi kebutuhan informasi aktual dan
kebutuhan informasi yang dapat diantisipasi berdasarkan misi,program dan
pengguna perpustakaan.
c.
Current Collection (CL) menggambarkan
kekuatan koleksi dalam suatu area subjek tertentu.
Hal ini akan dijelaskan secara jelas dalam tabel Indikator
level untuk AC, CG, dan CL dibawah ini:
Kode
|
Aras
|
Deskripsi
|
0
|
Out of Scope (Di Luar
Cakupan)
|
Perpustakaan tidak, belum,
atau merencanakan untuk mengoreksi bahan literatur pada subjek tersebut, karena subjek tersebut
dianggap tidak relevan dengan kebutuhan pengguna atau di luar lembaga induk
|
1
1a
1b
|
Minimal Level (Aras Minimal)
Mnimal Level Uneven Coverage
(Aras Minimal, Cakupan, Tidak Merata)
Minmal level Even Coverage
(Aras Minimal, Cakupan Merata )
|
Koleksi yang dimiliki
merupakan karya-karya utama (basic work) dalam suatu subjek pengetahuan.
Bahan literatur tersebut akan selalu di review secara berkala untuk
memperoleh informasi yang mutakhir,
sedangkan edisi lama akan diambil dari rak
Pada aras ini, perpustakaan
hanya memiliki bahan literatur
yang terbatas pada
karya-karya utama dan tidak memeperlihatkan cakupan subjek yang sistematis
Pada aras ini perpustakaan
hanya memiliki sedikit literatur-literatur utama pada suatu subjek, namun
memiliki sejumlah literatur
inti yang ditulis oleh pengarang-pengarang utama serta cakupan bahan
literatur yang dimiliki cukup representatif
|
2
2a
2b
|
Basic Information Level (Aras
Informasi Dasar)
Basic Information Level
Introductory (Aras informasi Dasar, Pengantar)
Basic Information Level
Advence (Aras Informasi Dasar, Mahir)
|
Perpustakaan menyimpan
koleksi yang selekstif dalam rangka penyebaran disiplin ilmu atau subjek yang bersangkutan. Cakupan
bahan literatur antara lain:
1) Kamus atau ensiklpedi bidang ilmu
2) Akses ke pangkalan data
bibliografi
3) Edisi terseleksi ari karya-karya
utama pada disiplin ilmu yang
bersangkutan
4) Penelitian-penelitian penting
menyangkut aspek historisnya
5) Buku pegangan
6) Jurnal-jurnal ilmiah utama
pada disiplin ilmu yang bersangkutan
Penekanan pada aras ini adalah
menyediakan bahan literatur utama (core material) untuk mendefinisikan suatu
subjek. Koleksi pada tngkat ini mencangkup bahan rujukan utama dan
karya-karya yang dapat memberikan penjelasan lebih lanjut seperti:
1) Buku teks
2) Kajian historis dari
perkembangan suatu subjek
3) Karya umum yang berkaitan
denga topik-topik utama pada suatu subjek yang dilengkapi dengan tabel,
skema, dan ilustrasi.
4) Jurnal-jurnal ilmiah
terseleksi.
Pada tingkat ini bahan
literatur yang dimiliki hanya disediakan dalam rangka pengumpulan informasi
dasar tentang suatu subjek tertentu dengan cakupan yang lebih luas dan lebih
dalam untuk mendefinisikan dan memerkenalkan suatu subjek. Karya-karya dasar
dalam bentuk:
1) Buku teks
2) Kajian historis, bahan
literatur rujukan berkaitan dengan topik-topik tertetu dari satu subjek
3) Jurnal-jurnal ilmiah yang
selekstif. Informasi dasar
tahap lanjut yang disediakan untuk mendukung mata
kuliah dasar mahasiswa, disamping memenuhi kebutuhan infomasi dasar bagi
universitas.
|
3
3a
3b
|
Study/Instructional
Support Level (Aras Pendukung kebutuhan instruksional/ kajian)
Study or Instructional
Support Level, Introdutory (Aras Pendukung Kebutuhan Instruksional/ ajian,
pengantar)
Study or Instructional
Support Level, Advanced (Aras Pendukung Kebutuhan Instruksional/ kajian,
tingkat lanjut)
|
Yang ditekankan pada aras ini
adalah bab literatur yang dikoleksi perpustakaan harus mendukung suatu
disiplin ilmu. Bahan literatur yang tersedia meliputi cakupan yang lebih luas
untuk karya-karya utama dalam berbagai format, sejumlah bahan retropektif
yang bernilai klasik, koleksi yang lengkap dari karya-karya penulis penting
pada suatu disiplin ilmu, koleksi terpilih untuk kara-karya penulis sekuder,
jurnal-jurnal terpilih untuk cakupan subjek, akses menuju pagkalan data CD
ROM, dan bahan rujukan utama yang berisi bibliografi ysng mendukung subjek
yang bersangkutan.
Aras ini merupakan subdivisi
dari tingkat 3 yang memberikan sumber dalam rangka memlihara cabang
pengetahuan dai suatu subjek. Koleksi pada tahap ini sama dengan apa yang
tercakup pada tingkat 3 yang meliputi karya-karya utama dari suatu bidang
disipin ilmu dalam berbagai format, bahan literatur retrospektif klasik,
jurnal-jurnal utama dari suatu subjek, akses menuju pangkalan data CD ROM,
serta bahan rujukan yang mencangkup informasi bibliografi yang berhubungan
denga bidang disiplin ilmu yang bersangkutan. Yang menjadi perbedaan dengan
tingkat sebelumnya adalah meskipun bahan literatur mendukung perkuliahan
program sarjana dan program kajian mandiri namun tidak cukup untu mendukung
program magister.
Pada aras ini, koleksi
mencangkup bahan literatur yang dianggap memenuhi syarat untuk mmelihara
suatu bidang disiplin ilmu. Koleksi meliputi jurnal-jurnal utama dari
topik-topik primer dan sekunder dari suau subjek, bahan literatur penting
retrospektif, literatur substantif yang memberikan kedalaman kajian untuk
kepentinga riset dan evaluasi, akses menuju pangkalan data CD ROM, bahan
rujukan yang berisi sumber bibliografi utama pada suatu subjek. Pada tingat
ini, bahan literatur sudah memadahi untuk program sarjana dan magister.
|
4
|
Research Level (Aras Penelitian)
|
Pada aras riset ini,
perpustakaan mengoleksi bahan literatur yang tidak dipubikasikan seperti
hasil penelitian, tesis, dan disertasi. Termasuk juga di dalamnya laporan
penelitian, hasil penemuan baru, hasil eksperimen ilmiah, dan informasi
penting untuk keentingan penelitian. Bahan literatur juga mencakup rujukan
penting dan monograf terseleksi, jurnal-jurnal ilmiah yang lebih luas dan
beragam. Bahan literatur lama tetap disimpan untuk kepeningan kajian
historis. Tingkat ini ditujukan untuk doktor dan penelitian murni.
|
5
|
Comprehensive Level (Aras
Komprehensif)
|
Pada aras komprhensif atau
menyeluruh ini, bahan literatur mencangkup semua koleksi yang ada pada
tingkat-tingkat sebelumnya yang tersedia dalam berbagai format serta cakupan
bahasa yang lebih luas.
|
3.
Kode
Cakupan Bahasa
Cakupan bahasa sangat berkaitan
erat dengan koleksi. Selain itu, representasi bahan berbahasa Inggris dan bahasa lainnya merupakan salah satu dimensi
penting dalam menjelaskan keadaan koleksi.[9]
Hal ini dijelaskan dalam tabel dibawah:
Kode
|
Jenis
|
Penjelasan
|
E
|
English
|
Bahan literatur berbahasa Inggris mendominasi, sedangkan koleksi dalam
bahasa lain hanya tersedia sedikit atau bahkan tidak sama sekali.
|
F
|
Selected non-English Languages
|
Bahan literatur yang bukan berbahasa Inggris tersedia secara terseleksi
untuk melengkapi bahan lieratur berbahasa Inggris.
|
W
|
Wide Selection Language
|
Seleksi yang luas dari koleksi dalam berbagai bahasa dan tidak ada
kebijakan membatasi bahan literatur berdasarkan bahasa tertentu.
|
Y
|
One-Non English Language
|
Bahan literatur didominasi oleh salah satu bahasa selain bahasa
Inggris.
|
C.
PEMBAHASAN
1.
Hasil Penelitian
Metode Conspectus, dalam penerapannya relatif sederhana.
Unit analasisnya adalah Perpustakaan STAIN Curup dan sub-sub topic dari subjek
yang dalam kolom-kolom akan diteliti. Conspectus menggunakan nilai tingkatan
numerik untuk memberikan gambaran mengenai Current Collection, Aquisition,
Commitment, dan Collection Goal. Penelitian numerik menggunakan indikator
skala 0-5 di maan masing-masing level adalah kode standar yang menjelaskan
jenis sktivitas yang dapat didukung oleh aras koleksi (collection level).
Sesuai table indocator level Conspectus.
Pencantuman kode bahasa yang digunakan penting untuk
dilakukan dalam mengukur intensitas koleksi pada Perpustakaan STAIN Curup. Hal
ini untuk memperlihatkan prioritas bahasa koleksi yang disimpan dan memperlihatkan kelebihan sekaligus
kekurangan dari Perpustakaan itu sendiri. Dalam membuat perkiraan dan
mendeskripsikan intensitas koleksi menurut kode bahasa, juga menggunakan
standar. Seperangkat kode bahasa diberikan kepada subjek tersebut untuk
mengidentifikasi variasi bahasanya.
Dalam analisis penelitian, dilakukan dengan tidak
mengubah substansi dari tujuan utama penelitian ini yaitu analisis kekuatan dan
kelemahan koleksi untuk subjek bidang Bimbingan
konseling di Perpustakaan STAIN Curup. Pembatasan tersebut dilakukan
pada:
1.
Koleksi yang dijadikan
subjek penelitian adalah buku, bahwa koleki CD ROM tidak dijadikan bahan
penelitian karena Perpustakaan STAIN Curup belum memiliki koleksi bahan
literatur dalam format digital yang memadai. Sementara itu, koleksi jurnal juga
dijadikan bahan penelitian oelh karena itunya yang masih terbatas dan belum
mendukung seperti keadaan jurnal yang secara kualitas dan kuantitas masih
sangat minim dan tidak bersifat kontinu.
2.
Dalam penelitian ini
dilakukan pembandingan judul koleksi yang represntatif dari inti perpustakaan
antara bahan monograf dan jurnal.
3.
Dalam penelitian ini
mengabaikan kondisi fisik koleksi, data sirkulasi, pinjaman antarpustaka, dan
anggaran perpustakaan dengan alasan bahwa tujuan penelitian adalah untuk memperoleh
gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan koleksi. Dan hal ini mengarahkan pada
kajian koleksi dan kaitannya dengan pemanfaatan koleksi.
Setelah pengumpulan data diperoleh, seperti yang
dijelaskan pada WLN Conspectus bahwa tahap selanjutnya adalah anslisis data.
Berdasakan data yang diperoleh terhadap koleksi buku bidang Bimbingan konseling
yang dimiliki Perpustakaan STAIN Curup dengan menggunakan metode, maka dapat
diperoleh beberapa hasil berikut:
a)
Distribusi Subjek Bimbingan
Konseling
Dalam penelitian ini, mengguanakan Klasifikasi Dewey
dalam proses penelitian indikator. Alasan penggunaan Dewey adalah kalsaifikasi
umum digunakan oleh perpustakaan-perpustakaan dan perpustakaan STAIN Curup juga
menggunakan klasifikasi Dewey dengan versi yang sama. Berdasarkan skema
klasifikasi Dewey Bimbingan koleksi terdistribusi pada kelas 155-159 dan
370-371. Distribusi subjek koleksi dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
No.
|
Notasi Kelas
|
Bidang Subjek
|
Jumlah
|
Presentase
|
1
|
155.1-155.9
|
Psikologi Umum
|
8
|
7.3%
|
2
|
156.1-156.9
|
Psikologi Perkembangan
|
19
|
17.4%
|
3
|
157.1-157.9
|
Psikologi Pendidikan
|
8
|
7.3%
|
4
|
158.1-158.9
|
Psikologi Agama
|
9
|
8.2%
|
5
|
159.1-159.9
|
Psikologi Konseling
|
23
|
21.1%
|
6
|
370.1-370.9
|
Sistem Layanan Konseling
|
13
|
11.9%
|
7
|
371.1-371.9
|
Bimbingan dan Konseling
|
29
|
26.2%
|
Total
|
109
|
100%
|
Sedangkan mengenai daftar koleksi buku bidang bimbingan
konseling di perpustakaan STAIN Curup yaitu sebagai berikut:
No
|
Nomor Kelas
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
155
|
8
|
Peringkat 6
|
2
|
156
|
19
|
Peringkat 3
|
3
|
157
|
8
|
Peringkat 6
|
4
|
158
|
9
|
Peringkat 5
|
5
|
159
|
23
|
Peringkat 2
|
6
|
370
|
13
|
Peringkat 4
|
7
|
371
|
29
|
Peringkat 1
|
Distribusi subjek dan daftar koleksi buku bidang
Bimbingan koleksi tersebut dapat terlihat jumlah persentase tertinggi mewakili
dominasi subjek dalam bidang Bimbingan Konseling. Dominasi subjek dokumen
dilihat berdasarkan jumlah koleksi yang ada dalam koleksi perpustakaan.
Berdasarkan peringkat 1-3 urutan subjek adalah 371 (Bimbingan Konseling) dengan
presentase 26.6%, 159 (Psikologi Konseling) dengan presentase 21.1%, dan 156
(Psikologi Perkembangan) dengaan presentase 17.4%. sementara itu, ada tiga
subjek yang dimiliki koleksi kurang dari sepuluh judul atau sementara dengan
kisaran 7-8% dari keseluruhan subjek Bimbingan Konseling.
Berdasarkan data dari STAIN Curup, saat ini STAIN Curup
membuka 8 program studi pendidikan sarjana di mana Program Bimbingan dan
Konseling yang bersinggungan langsung dengan subjek Bimbingan Konseling atau
kelas 371 dengan tujuan untuk mendukung proses belajar mengajar pada program
atusi bimbingan dan Konseling. Sementara itu, subjek Psikologi Konseling (159)
menempati urutan kedua dalam persentase distribusi subjek karena tuntutan
kebutuhanliteratur Bimbingan dan Konseling.
Ketersediaan koleksi bidang Bimbingan Konseling di
Perpustakaan STAIN Curup menunjukkan belum memenuhi standar perpustakaan Perguruan
Tinggi. Hal ini didasarkan pada buku pedoman perpustakaan perguruan tinggi yang
dikeluarkan oleh Depdiknas (2004:52) bahwa jumlah koleksi wajib yang harus
dimiliki minimal 80% (295 judul). Namun koleksi wajib yang tersedia hanya 36%
(109 judul). Kendala untuk memenuhi standar ketersediaan koleksi wajib
sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Perpusatkaan STAIN Curup bahwa
manajemen perpustakaan belum memiliki kebijakan tertulis mengenai pengadaan
koleksi bidang Bimbingan dan Konseling dikarenakan tidak adanya komunikasi antara
pihak perpustakaan dengan pihak Program studi sehingga menyebabkan kurang
efektifnya manajemen pendistribusian akuisisi bahan litertaur bidang Bimbingan
konseling. Disamping itu dari hasil pengamatan penulis minimnya terbitan
Bimbingan Konseling baik yang dihasilkan pengarangpengarang loacl maupun
pengarang Luar Negeri sehingga menyebabkan perpustakaan kesulitan untuk
melakukan jumlah bahan litertaur secara signifikan.
b)
Kekuatan dan Kelemahan
Koleksi
Dalam
pendataan dan penafsiran terhadap koleksi buku bidang Bimbingan Konseling yang
dimiliki oleh Perpustakaan STAIN Curup dengan menerapkan metode conspectus
dapat diketahui kekuatan koleksi buku bidang Bimbingan Konseling pada
Perpustakaan STAIN Curup sebagai berikut:
No.
|
Nomer Kelas
|
Subjek
|
Aras Koleksi Aktual
(CCL)
|
Aras Koleksi yang
Diharapkan (CG)
|
Komputer
|
1
|
371
|
Bimbingan dan Konseling
|
2by
|
3a
|
Bahan literatur perlu
penambahan
|
2
|
159
|
Psikologi Konseling
|
2by
|
3a
|
Bahan literatur
penambahan
|
3
|
156
|
Psikologi Perkembangan
|
2by
|
3a
|
Bahan literatur perlu penambahan
|
4
|
370
|
Sistem Layanan Konseling
|
1by
|
2a
|
Bahan litertaur perlu
penambahan
|
5
|
158
|
Psikologi Agama
|
1by
|
2a
|
Bahan litertur perlu
penambahan
|
6
|
155
|
Psikologi Umum
|
1by
|
2a
|
Bahan literatur perlu
penambahan
|
7
|
157
|
Psikologi Pendidikan
|
1by
|
2a
|
Bahan literatur perlu
penambahan
|
Kekuatan koleksi bimbingan Bimbingan Konseling di
Peprustakaan STAIN Curup adalah pada tiga peringkat teratas yakni pada bidang
Bimbingan dan Konseling, Psikologi Konseling dan Psikologi Perkembangan.
Masing-masing berasa pada level 2by (Basic information Level : Advance) yang
akan ditingkatkan menjadi level 3a (Study or Instructional Support Level).
Peningkatan level dari CCL (Aras koleksi aktual) ke GG (Aras koleksi yang
diharapkan) adalah satu langkah. Misalnya, CCL-Nya 1b maka Cgnya 2a, apabila
CCL-nya 2a maka CG-nya 2b demikian seterusnya. Hal ini dilakukan dengan
pertimbnagan melihat kondisi keuangan dan peluang pengembangan koleksi buku itu
sendiri. Dalam penentuan level koleksi buku tersebut didasarkan pada penilaian
evaluator yakni: Ketua prodi Bimbingan Konseling sebagai pihak yang mengetahui
perkembangan prodi BK dan mempunyai kewenangan terhadap kemajuan prodi BK ke
depan, kepala perpustakaan STAIN Curup dan 2 orang pustakawan sebagai pihak
yang mengelola perpustakaan serta dosen dan mahasiswa BK yang aktif sebagao
penguna jasa layanan perpusatkaan bidang bimbingan konseling, diamana dalam
penilaian tersebut level 4 dan 5 tidak menggunakan dalam menilai koleksi buku
saat ini dengan pertimbangan:
1.
Perpustakaan STAI Curup
belum mampu mengelola dengan baik jurnaljurnal yang dimiliki dan belum memiliki
data yang baik tentang koleksi jurna;l yang dimiliki para pengajar.
2.
Level 4 dan 5 baru akan
digunakan penerapan metode Conspectus di Perpustakaan STAIN Curup apabila
karya-karya utama yang dimiliki sudah memadahi. Mengingat keberadaan
karya-karya utama dibidang Bimbingan Konseling tersebut sangat penting sebagai
penunjang proses belajar mengajar pada Program studi Bimbingan dan Konseling.
Aras indikator yang diberikan oleh tiga orang evaluator
untuk Aras Koleksi Aktual (CCL) berkisaran antara 1bY hingga 2bY (penjelasan
mengenai indikator). Penilaian untuk CCL hanya berada pada kisaran 1bY hingga
2bY. Ini disebabkan selain karena perpustakaan memiliki kedalaman subjek yang
terbatas, juga disebabkan karen perpustkaan belum memiliki koleksi jurnal dan
koleksi referen. Koleksi kelas 371, 159, dan kelas 156 memperoleh level 2
disebabkan oleh judul-judul yang tersedia cukup bervariasi sehingga kondisinya
lebih baik dari kelas lainnya. Sehingga dasar dari penilaian level indikator
yang diberikan oleh evaluator juga dipengaruhi oleh jumlah koleksi untuk kelas
tersebut lebih besar daripada kelas lainnya. Koleksi pada kelas ini memiliki
potensi untuk terus dikembangkan sebagai koleksi inti peprustakaan. Sehingga
koleksi yang berada pada aras 2 mungkin bisa memperoleh aras yang lebih tinggi
dan berfungsi sebagai oleksi inti perpustakaan bila didukung oleh bahan-bahan
literatur seperti jurnal yang dipublikasikan, serta hasil-hasil penelitian
lainnya.
Rendahnya tingkat kedalaman dan kelengkapan koleksi dari
segi kualitas, jumlah koleksi yang tidak terlampau banyak bila dibandingkan
dengan jumlah mahasiswa serta pengajar Bimbingan Konseling menjadi faktor utama
kurangnya daya dukung koleksi untuk riset-riset bidang Bimbingan Konseling yang
dilakukan oleh civitas akademik. Karya-karya umum yang dihasilkan oleh ahli
Bimbingan konseling Prof. Prayitno perlu mendapat prioritas dalam kebijakan
pengembangan koleksi. Ketiga evaluator juga menekankan perlunya pengadaan bahan
literatur yang mutakhir mengingat perkembangan ilmu Bimbingan konseling yang
cukup baik.
Adanya CCL pada kisaran 1-2 dan CG yang berada pada arus
2b-3a mengindikasikan perpusatkaan perlu bekerja keras untuk membenahi
pengadaan koleksinya secara bertahap. Pada kenyataannya, pengadaan koleksi
Bimbingan Konseling di Perpustakaan STAIN Curup masih mengalami ketertinggalan
jika dibandingkan dengan elemen manajemen lainnya seperti staf, fasilitas,
keorganisasian dan prasarana lainnya.
Pemberian aras indikator untuk koleksi Bimbingan
Konseling di Perpustakaan STAIN Curup yang berada pada kisaran 12 memang wajar
jika melihat kondisi koleksi di Perpustakaan STAIN Curup. Indikator CG yang
berada pada aras 3a juga menekankan bahwa manajemen perpustakaan perlu segera
melakukan pembuatan kebijakan pengembangan koleksi inti perpustakaan. Dan
berdasarkan tabel conspectus, terlihat bahwa peringkat ketiga teratas ditempati
oleh subjek Bimbingan Konseling, Psikologi Konsleing dan Psikologi Perkembangan
yang masing-masing berada pada aras 2b, evaluator juga menjelaskan bahwa
penetapan CG pada aras 3a merupakan suatu bentuk harapan yang tidak terlalu
tinggi agar manajemen perpustakaan melakukan upaya yang seoptimal mungkin untuk
melakukan pembenahan menajemen pengelolaan oleksi secara bertahap. Pembenahan
ini dilakukan agar koleksi perpuatakaan dapat mendukung kegiatan belajar
mengajar serta riset di lingkungan STAIN Curup. Dengan demikian, secara
bertahap perpustakaan perlu meningkatkan aras koleksi satu tingkat secara
konsisten dalam jangka waktu yang tidfak terlampau lama.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui minimnya aras
conspectus koleki disebabkan oleh beberapa faktor yakni:
1.
Perpustakaan STAIN Curup
belum mampu mengelola jurnal secara konsisten.
2.
Variasi judul dari
karya-karya yang ditulis oleh ahli Bimbingan Konseling dan yang cukup dikenal
masih berada dalam kondisi yang terbatas.
3.
Perpustakaan belum
memiliki program kerja untuk mengelola sumber-sumber informasi elektronik serta
akses-akses ke pangkalan data bidang Bimbingan Konseling.
4.
Perpustakaan memiliki keterbatasan
anggaran untuk pengadaan koleksi secara proporsional sehingga penambahan
koleksi harus berbago dengan penambahan yang berasal hibah dari pihak lain yang
bersifat subjektif.
c)
Cangkupan Bahasa
Bahan litertaur bidang Bimbingan Konseling di Peprustakaan
STAIN Curup didominasi oleh terbitan berbahasa Indonesia. Pada kelas-kelas
tertentu ditemukan bahan literatur yang menggunakan bahasa selain bahasa
indonesia seperti Bahasa Inggris dalam jumlah ynag snagat sedikit atau tidak
signifikan. Dan bahan tersebut adalam terbitan lama sehingga kondisi tersebut
dikarenakan kegiatan pengembangan koleksi yang dilakukan oleh pihak
perpustakaan saja. Adapun penjelasan mengenai kode bahasa adalah sebagai
berikut:
·
Kode E (English)
yang menunjukkan bahwa koleksi buku dalam bahasa inggris mendominasi, sedangkan
koleksi buku dalam bahasa lian hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Kondisi tersebut dapat ditemukan pada semua subkelad ang berada pada kelas
155-159 dan 370-371 yang sebagian besar bukan dalam bahasa Inggris. Untuk
sekarang untuk kode ini belum dapat dikatakan terlaksana karena kenyataannya di
Perpustakaan STAIN Curup kebnayakan koleksi yang ada dimdominasi oleh satu
bahasa yakni bahasa Indonesia.
·
Untuk kode F (Selected
non-English Languages) yakni bahan selain bahasa Inggris yang terseleksi
utnuk melengkapi koleksi dalam bahasa Inggris, yang belum bisa dikatakan
relevan karena untuk subjek Bimbingan Konseling di perpustakaan STAI Curup
didominasi satu bahasa
·
Sedangkan untuk kode W (Wide
Selection Language) yakni menunjukkan seleksi yang luas dalam berbgai
bahasa dan tidak ada program untuk membatasi bahan pustaka berdasarkan bahasa
tertentu dan Perpustakaan STAIN Curup pada dasarnya belum mempunyai aturan dan
perencanaan yang jelas untuk membatasi bahas koleksi buku yang disimpan
walaupun variasi tidak terllau beragam.
·
Yang terakhir mengenai
kode Y (One non-English Language) koleksi didominasi oleh salah satu
bahasa diluar bahasa Inggris. Eadaan tersebut dapat ditemukan pada Perpustakaan
STAIN Curup, karena memang sebagian besar koelksi bukunya bukan dalam bahasa
Inggris, namun bukan berarti koleksi dalam bahasa Inggris tidak ada.
Keadaan ini terkait dengan belum adanya kebijakan
pengembangan koleksi tertulis yang jelas. Dalam pengadaan koleksi, pihak perpustakaan
hanya memanfaatkan pemberian form untuk judul-judul yang diperlukan oleh staf
pengajar ada program studi Bimbingan Konseling. Bahwa koleksi buku bidang
Bimbingan Konseling di perpustakaan Curup didominasi oleh terbitan berbahasa
Indonesia. Pada kelas-kelas tententu ditemukan bahasa litetatur yang
menggunakan bahasa selain itu Bahasa Indonesia seperti dan Bahasa Inggris dalam
jumlah yang tidak signifikan. Dan sedikitnya koleksi berbahasa Inggris karena
sulitnya untuk mendapatkan koleksi tersebut, sehingga pihak perpusatkaan lebih
memprioritaskan pengadaan koleksi Bimbingan Konseling dari terbitan dalam
negeri meski dalam jumlah yang terbatas. Dengan demikian, gambaran umum yang
dapat diperoleh dari analisis bahasa pada koleksi bidang Bimbingan Konseling di
Perpustakaan STAIN Curup adalah bahwa perpustakaan lebih cenderung mengoleksi
bahan literatur berbahasa Indonesia daripada bahasa Inggris.
Hal yang menarik yang perlu diperhatikan dari penerapan
unsur bahasa ini adalah, kode-kode tersebut tidak bisa dikatakan adil, karena
sangat mengacu kepada bahasa Indonesia. Kode kode tersebut akan menjadi sangat
sulit apabila diterapkan di daerah-daerah atau Negara-negara di luar Inggris.
Akan lebih memungkinkan apabila untuk daerah atau Negara di Luar Inggris (bukan
penutur bahas Inggris), kode E diubah menjadi kode bahasa untuk daerah
tersebut. Karena sebagian besar koleksi bukunya menggunakan bahasa setempat,
meskipun hal itu belum terjadi di Peprustakaan STAIN Curup mengingat
keterbatasan terbitan luar. Itulah sebabnya penggunaan kode bahasa sebagai alat
ukur tidak dapat dikatakan ideal.
d)
Cangkupan Kronologi
Cangkupan kronologi koleksi untuk subjek Bimbingan
Konseling di Peprustakaan STAIN Curup bisa dikatakan cukup relevan. Hal ini
dikarenakan Program Studi Bimbingan Konseling baru tiga kali manamatkan alumni
yakni sejak tahun 2008. Kenyataan ini dapat dilihat dari prosentase distribusi
cakupan kronologi dalam tabel berikut:
No
|
Tahun Terbit
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
<1980
|
3
|
2,3%
|
2
|
1980-1989
|
12
|
9,3%
|
3
|
1990-1999
|
28
|
21,7%
|
4
|
2000-2009
|
84
|
65,1%
|
5
|
2010-
|
2
|
1,5%
|
Dari data yang ada pada tabel diatas dapat terlihat bahwa
cakupan kronologi untuk koleksi subjek Bimbingan Konseling didominasi oleh
terbitan tahun 2000-an dan 99-an. Untuk koleksi terbutan setelah tahun 2010
menempati urutan terkecil dengan persentase 1,5% saja. Dalam WLN Collection
Assessment Manual (1992) disebutkan bahwa kemutakhiran koleksi adalah 10% dari
total koleksi di mana kemutakhiran koleksi yang dimaksud adalah terbitan lima
tahun terakhir. Penulis berpendapat untuk konteks perguruan tinggi di mana
disiplin ilmu cukup bervariasi dan bahan literatur mutakhir diperlukan untuk
mendukung kurikulum, maka dapat dijadikan acuan bagi kondisi aktual
kemutakhiran koloksi di Perpustakaan STAIN Curup. Sehingga dilakukan.
D.
PENUTUP
Berdasarakan penjelasan
mengenai pembahasan pada penelitian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut:
1.
Secara
umum, kelengkapan dan kedalaman koleksi-koleksi Bimbingan Konseling berada pada
aras minimal dan belum mampu untuk mendukung program pendidikan yang ditawarkan
serta berkala sesuai dengan tingkat perkembangan perpustakaan itu senidri dan
menaikkan aras koleksi secara bertahap baik koleksi utama dan pendukung.
Penerapan metode conspectus untuk analisis ekuatan dan kelemahan koleksi untuk
nsubjek Bimbingan Konseling memiliki keterbatasan-keterbatasan, hal ini karena
belum adanya keterbatasan adanya kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis
dikarenakan tidak adanya komunikasi antara oihak perpustakaan dan pihak prodi
Bimbingan Konseling, sehingga kurang efektif mengenai manajemen akuisisi bahan
literaturnya.
2.
Koleksi
371 dan 159 merupakan subjek yang menjadi inti koleksi perpustakaan. Namun,
kekuatan koleksi masih berada pada level 2b yang masih perlu peningkatan ke
aras yang diharapkan bisa meningkat pada level 3a. Hal ini dipengaruhi oleh
variasi judul-judul dalam subjek Bimbingan Konseling yang tersedia. Dan variasi
judul hanya bisa dimungkinkan bila secara kuantitas jumlah koleksi yang cukup
besar. Hal ini dapat dilihat dari presentase distribusi subjek untuk kelas 371
(26,6%), 159 (21,1%), dan 156 (17,4%) yang berada pada level 2b. Sedangkan untuk
analisis bahasa pada subjek Bimbingan Konseling memperlihatkan bahwa mayoritas
koleksi untuk tiap kelas, bahwa koleksi mendominasi oleh salah satu koleksi di
luar Bahasa Inggris, sehingga koleksi berbahasa Inggris hanya tersedia sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Hardesty, Larry. (1991). Why Do We Need Academic
Libraries?. http://www.ala.o-rg/arcl/academiclib,html.
Diakses pada tanggal 5 januari 2016.
Misroni, (2011). Evaluasi
Koleksi Menggunakan Metode Conspectus Bidang Bimbingan Konseling Di
Perpustakaan Stain Curup (Depok: Program Magister
Perpustakaan), hlm.15. diunduh melalui http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20271626-T29273-Evaluasi%20koleksi.pdf. Diunduh pada
tanggal 25 November 2015.
H Mary and Jennie E Ver Steeg, (2004).“The
Decision-Making Process in Conspectus Evaluation of Collection: The Quest for
Certainty”, Library Quartery”, April Vol.74. hlm.181.
[1]
Larry Hardesty.(1991). Why Do We
Need Academic Libraries?. http://www.ala.o-rg/arcl/academiclib,html. Diakses pada tanggal 5 januari 2016.
[2] Misroni, Evaluasi Koleksi Menggunakan
Metode Conspectus Bidang Bimbingan Konseling Di Perpustakaan Stain Curup
(Depok: Program Magister Perpustakaan), hlm.15. diunduh melalui lib.ui.ac.id/file?file=digital/20271626-T29273-Evaluasi%20koleksi.pdf. diakses pada tanggal 25 November 2015.
[3] H Mary and Jennie E Ver Steeg, (2004).“The
Decision-Making Process in Conspectus Evaluation of Collection: The Quest for
Certainty”, Library Quartery”, April Vol.74. hlm.181.
[4] Misroni, Evaluasi Koleksi Menggunakan
Metode Conspectus...hlm.27.
[5] Ibid., hlm.28
[6] Ibid., hlm.28.
[7] Ibid., hlm.28.
[8]
Ibid., hlm.34.
[9]
Ibid., hlm.34.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar