Bertepatan pada hari selasa tanggal 28 Juli 2020, merupakan
hari yang luar biasa dalam dunia kepenulisan yang tak lain adalah acara
launchingnya SPK (Sahabat Pena Kita) Tulungagung dengan memanfaatkan ruang
diskusi online melalui via Zoom. Launchingnya SPK kemaren tidak hanya diikuti
oleh peserta dari kota Tulungaguang saja, namun juga diikuti dari berbagai
daerah luar Tulungagung. SPK (Sahabat Pena Kita) bisa dikatakan sebagai
kumpulan para penulis dari seluruh Indonesia, bahkan anggota SPK pusat ada juga
yang dari luar Indonesia yaitu Negeri Jiran, Malaysia.
Konon katanya, sebelum grub ini diresmikan sebagai SPK
Tulungagung, grub ini berawal dari sebuah grub WA yang dijadikan sebagai
komunitas Literasi dibawah bimbingan Dr. Ngainun Naim dari tahun lalu. Menurut
beliau, grub ini sempat mengalami pasang surut bagaikan ombak. Namun sekarang
dengan adanya semangat yang tumbuh, maka grub ini terbangun dari tidurnya
dengan suasana yang baru tentu dengan penuh energi dan semangat. Jadi teringat
lirik ini “bangun tidur, tidur lagi... bangun lagi, tidur lagiii...
banguuuuuuun, tidur lagi...”. Nah ada yang kenal atau bahkan hafal lirik
lagunya? Pasti teman-teman semua kenal donk,, siapa penyanyi ngetren tersebut. Lirik
tersebut merupakan lirik “Bangun Tidur” dari lagu single karangannya mbah surip
Hahaha... Okey, kembali ke laap..top,, ea ea ea Dengan semangat yang
menggelora, grub WA yang sekarang menjadi SPK Tulungagung ini tentunya sudah
bangun dan lebih semangat lagi.
Kalau kita bisa mengambil hikmah dibalik pandemi ini,
tentu semangat prodiktivitas diri seseorang banyak yang semakin meningkat. Terbukti
dengan banyaknya tuisan karya-karya lewat kumpulan tulisan antologi, menulis di
blog atau bahkan status WA. Hal ini mungkin karena seringnya mager dirumah dan
bingung mau ngapain, yang kemudian muncul pikiran daripada bingung mending
ikut-ikut acara atau gabung dengan grub-grub WA yang tentunya bisa menambah
semangat luar yang biasa.
Nah kembali lagi dengan acara launchingnya SPK Tulungagung
yang diadakannya melalui via zoom yang tentu bisa menjadi energi baru pada
dunia kepenulisan. Acara ini juga turut mengundang orang dari luar SPK
Tulungagung yang merupakan cabang dari SPK pusat, tentunya acara ini akan
memberikan energi baru dan kinyis-kinyis, sehingga dapat menyuntikkan semangat
dalam menulis entah melalui blog atau bahkan karya ilmiah.
Acara diskusi ini di moderatori oleh saudara kita yaitu
Thoriqul Aziz yang merupakan ketua SPK Tulungagung. Selanjutnya, sebelum ke
acara inti selaku penasehat SPK yaitu Bapak Dr.Ngainun Naim memberikan pengantar
dengan sedikit wejangan kepada para peserta diskusi, yang tak lain wejangannya
ini menyenggol saya pribadi yaitu tentang empat level malu dalam menulis. Apa saja
empat level malu dalam menulis tersebut:
Pertama, Malu untuk menulis. Malu disini disebabkan karena kurang percaya diri
seseorang dalam menulis.
Kedua, Orang yang sudah menulis, namun malu dibaca orang lain. Nah ini persoalan tentang kecemasan
dalam diri
seseorang. Bisa jadi karena takut di kritik seseorang tentang tulisan yang
sudah dibuat.
Ketiga, Mulai berkurang rasa malu karena sudah terbiasa
menulis. Level ini
sudah ada peningkatan karena dia sudah terbiasa untuk menulis, sehingga kebal
dengan komentar-komentar seseorang terhadap tulisannya.
Ketiga, Sudah malu kalau tidak menulis. Level ini merupakan level
tertinggi dari malu menulis.
Dengan
level tersebut perlu solusi sebagai memecahkan masalah dalam menulis yaitu
dengan mengikuti grub kepenulisan, sehingga dengan mengikuti grub sangat
penting dan bisa mendapatkan salah satu suntikan untuk menulis. Sebagai
contohnya di SPK Tulungagung yang mempunyai program dan aturan tersediri bahwa
anggota grub wajib memiliki blog dan mau mengisi dengan menulis blog 1 minggu
sekali yaitu wajib dan sunnah. Dengan
adanya aturan tersebut,
pastinya dapat menumbuhkan gelora
SPK Tulungagung untuk
tetap bisa semangat menggerakkan tangannya untuk
berkarya melalui tulisan.
Kemudian
narasumber pada acara inti yang disampaikan oleh Bapak Muhammad Arfan Mu’amar selaku
pengurus SPK Pusat yang tak lain sebagai sahabat pena pusat yang sekaligus akan
melauncing SPK Tulungagung. Beliau menuturkan bahwa SPK Tulungagung mencapai
lompatan yang sangat cepat, bahkan mungkin ini pertama SPK daerah yang pernah
launching atau meresmikan secara resmi, dan bisa dikatakan SPK Tulungagung ini sebagai
trend center.
Menurut Pak
Arfan dalam penyampaiannya tentang bagaimana tradisi menulis yang merupakan
puncaknya dari suatu aktivitas yang dilakukan. Dalam mencapai tradisi ini tentunya ada tingkatannya. Tingkatan dalam menulis itu tentu
harus di mulai dari yang namanya kesadaran pada diri sendiri. Dengan adanya
motivasi dalam membangun kesadaran seseorang, tentunya dengan kesadaran yang
terbangun maka harusah dilakukan kebiasaan sehingga dengan kebiasaan ini tentu
harus mengajarkan teman-teman yang ada disekitar kita agar ikut sadar dalam
menulis sehingga tumbullah kepedulian. Sehingga dengan adanya SPK akan muncul tradisi dari SPK per daerah.
Dari tahapan
tersebut harus ada action dalam memulai menulis. “Pengen menulis tanpa action adalah zonk”.
Penyebab seseorang minder dalam menulis adalah minder yang akan berdampak pada kemacetan
dalam menulis. Dengan demikian untuk menghilangkan rasa minder dalam menulis yaitu pertama, mencari
teman agar tidak minder atau takut menulis; kedua, harus percaya dengan
tulisan sendiri; ketiga, harus berfikiran bahwa tulisan adalah karya
seni. Hal inilah yang harus ditumbuhkan pada diri kita masing-masing, sehingga
rasa percaya diri dalam menulis akan muncul dan tetap terpatri dalam diri, pikiran
dan action seseorang.
Dari
acara diskusi dan sekaligus lauching SPK Tulungagung tentunya ada hikmahnya yang
bisa kita ambil terkait suntikan spirit yang luar biasa dalam melawan males dan
minder menulis. Bahkan tanpa adanya dorongan dan dukungan dari orang-orang yang
semangat disekitar kita, terkadang semangat itu berbeda.
Mari kita
sibukkan berkarya lewat tulisan
Kalidawir, 29 Juli 2020